Bidai adalah batas atau tempat berhenti dalam beberapa permainan olahraga, misalnya dalam permainan kasti. Namun,
Bidai Bengkayang |
Mengenai judul di atas, lagi-lagi Malaysia,
lagi-lagi Malaysia. Beberapa bulan yang lalu kami telah memposting masalah
bubur pedas Kalimantan Barat (Sambas) yang dklaim oleh Malaysia, klik di sini
ya “Bubur Pedas Khas Sambas (West
Borneo) Di Klaim Oleh Malaysia (Sarawak)” setelah ini apa lagi ya? Tanah kita sudah dicaplok, pulau kita sudah
dicaplok, apa sih maunya. Mungkin karena kita satu rumpun kali ya, makanya
perlu ada pengawasan yang ketat dari pemerintah mengenai aset-aset kita yang
ada di Indonesia ini, khususnya aset yang ada diperbatasan seperti Bengkayang,
Sambas, Intekong, dan lain sebagainya.
Bidai Bengkayang yang sudah dipermak oleh Malaysia
diubah namanya menjadi Bidai Sarawak. Sebenarnya Tikar Bidai asal
Seluas, Bengkayang, Kalimantan Barat adalah produk kerajinan tangan masyarakat
disana. Akan tetapi dengan berkembangnya, atau beredarnya produk tersebut ke Malaysia
maka nama tikar bidai Bumi Sebalo diubah namanya menjadi “Bidai Sarawak”. Jika
begini terus keadaannya, maka kekayaan budaya Indonesia pada umumnya akan habis
selalu saja di klaim oleh negeri luar (jiran atau tetangga). Apa sebenarnya
permasalahannya? Kenapa bisa seperti itu?
Kita hanya orang
kecil, hanya bias bersuara dan demo, akan tetapi keputusan tetap saja sama
orang besar yang memegang tapuk pemerintahan. “Wakil Gubernur Kalimantan Barat,
Christiandy Sanjaya menyatakan prihatin mendapat kabar ada kerajinan tikar
bidar milik masyarakat Seluas, Kabupaten Bengkayang diklaim pihak Malaysia. Ia
pun mengajak masyarakat budayakan mematen hasil karya untuk menghindari klaim
pihak lainn terutama oleh negara tetangga”.
Jika sudah
demikian, coba kita cari solusi yang terbaik, apa yang harus dilakukan oleh
Negara ini, oleh aparatur Negara. Jangan sudah diklaim baru kita usung masalah,
sebelum terjadi, apa-apa yang bias kita jadikan asset, ayo kita perkenalkan ke
PBB ke dunia, bahwa itu adalah asset kita, kita penemunya. Jangan biarkan
orang-orang dengan mudah mengklaim punya kita. Jika bukan kita “siapa lagi?”.
Post A Comment:
0 comments so far,add yours