Anak merpati belajar terbang Kudalah
hitam telah punah
Terbangnya rendah di dahan bambu Orang
asing datang menjajah
Wahai pemuda Sambas jaman sekarang Makan
dan minum begitu susah
Tahukah kalian cerita Sambas jaman dahulu Begitulah
hidup jaman penjajah
Buluh betung dibuat bubu Anak
kucing makannya muntah
Bubu dibuat si anak babu Karna
memakan daging yang mentah
Cina Dayak dan Melayu Pagi
sore cari makan begitu susah
Tinga bangsa suku menjadi satu Bahkan
keringatpun menjadi darah
Kembang setaman kini layu Darilah
Jauh terlihat rendah
Layu terkulai di atas batu Ternyata
gunung tiada pohon
Cina Dayak dan Melayu Strategi
diatur lawan penjarah
Sejak dulu bersatu padu Meskipun
nyawa menjadi taruhan
Kucing belang beranak satu Burung
merpati terbangnya tinggi
Bulunya merah campur kelabu Terbangnya
jauh kelain negeri
Tiga bangsa menjadi satu Walaupun
nyawa haruskan pergi
Jadilah Sambas negeri kebanggaanku Demi
negeri Sambas tiada diperduli
Sejak dulu Cina Dayak dan Melayu Berarak
awan kian kemari
Bersatu padu bergandeng bahu Hujan
lebat lama kunanti
Sama berjuang terjang pengganggu Penjajah
laknat harus angkat kaki
Walaupun lobang pasti menunggu Barulah
aman ini negeri
Pertahankan negeri dari penjajah Seruling
di pasir teramat merdu
Terjang peluru senapan patah Tembang
menggema di bukit tinggi
Walaupun darah harus tercurah Orang
asing zaman dahulu
Mundur setapak tak akan pernah Datang
ke Sambas menjajah negeri
Penjajah harus angkat kaki Jamrut
merah di puncak bukit
Barulah aman negeri ini Bukitnya
terjal ditutup kabut
Walaupun nyawa haruskan pergi Orang
asing mengadu domba memperalat
Demi negeri tiada diperduli Menipu
menguras memakan keringat
Banyaklah bulu dibawa bayu Kakek
renta membawa bakul
Bayu belalu darilah hulu Bakul
dipikul berisi bekatul
Sejak dulu Cina Dayak Melayu Orang
Melayu tukal cangkul
Bersatu padu bergandeng bahu Oranglah
Dayak tukang simpul
Hitam selasih tumbuh di batu Budak
kecil duduk di bendul
Kelelawar terbang mencari jambu Melihat
bulan tersenyum simpul
Tiga bangsa maju terjang pengganggu Orang
Cina tukang kumpul
Walaupun raga berpisah dengan kalbu Lalu
Belanda tukang pikul
Mercak mercik ombak memecah Samsu
mengintai di balik nyuang
Memecah pantai dipagi nan indah Dahannya
patah diterpa layang
Pertahankan negeri dari penjajah Melayu
Dayak Cina berjuang
Terjang peluru senapan patah Banyaklah
nyawa jadi melayang
Duka datang berlimpah-limpah Kuda
putih masuk kurungan
Suka datang berpilah-pilah Dikurung
lama tak diberi makan
Kini darah telah tercurah Belanda
diam berpangku tangan
Mundur selangkah tak akan pernah Mengaut
untung jerih payah orang lain
Mentari sore condongkan bayang Bawakan
wadah sampai ke rumah
Bayangan condong di atas pematang Wadah
terbuka di ruang tengah
Tiga bangsa suku maju berjuang Darah
yang tumpah bumi memerah
Maju setapak nyawa pun terbang Kini
Ibu pertiwi menangis gundah
Jalan-jalan ke Bengkulu Ke
istana di hari Minggu
Ke Bengkulu membeli baju Membawa
air meminta berkah
Begitulah cerita zaman dahulu Tiga
bangsa suku haruslah bersatu
Jadikan tauladan generasi baru Agar
Sambas maju kaya berlimpah
Post A Comment:
0 comments so far,add yours